BeritaEkonomi

Minat Investor Global terhadap Pasar Negara Berkembang Meningkat, Indonesia Jadi Sorotan

16
×

Minat Investor Global terhadap Pasar Negara Berkembang Meningkat, Indonesia Jadi Sorotan

Share this article
minat investor
minat investor

Pasar keuangan di negara-negara berkembang (emerging markets/EM) kembali menarik perhatian para investor global. Fenomena ini tercermin dari derasnya aliran dana asing yang masuk ke berbagai instrumen keuangan di negara-negara tersebut, termasuk ke pasar saham dan obligasi Indonesia.

Berdasarkan data yang dihimpun dari Refinitiv, kinerja Emerging Market Index (EM Index) menunjukkan tren yang menguat. Pada 9 April 2025, EM Index tercatat di angka 306,29 dan melonjak ke posisi 355,02 pada 27 Mei 2025. Kenaikan ini menandakan sentimen positif pasar terhadap saham-saham di negara berkembang seperti Indonesia dan Brasil.

Di saat yang sama, indeks dolar Amerika Serikat (DXY) mengalami pelemahan, terkoreksi dari 102,9 menjadi 99,52. Penurunan nilai dolar ini menjadi salah satu faktor pendorong meningkatnya arus modal ke pasar negara berkembang, karena aset di negara-negara tersebut menjadi lebih menarik dan murah bagi investor luar negeri.

Apa Itu EM Index dan Mengapa Penting?

EM Index adalah indeks saham gabungan yang merepresentasikan kinerja pasar saham dari sejumlah negara berkembang. Ketika indeks ini naik, itu berarti secara umum harga saham di negara-negara tersebut mengalami kenaikan, menandakan meningkatnya minat investor terhadap prospek ekonomi mereka.

Kenaikan EM Index biasanya didorong oleh sejumlah faktor seperti:

  • Fundamental ekonomi yang membaik
  • Pelemahan nilai tukar dolar AS
  • Optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi jangka menengah
  • Arus modal asing yang meningkat

Namun, tetap perlu dicatat bahwa pasar negara berkembang juga menyimpan risiko seperti ketidakstabilan politik, fluktuasi nilai tukar, serta sensitivitas terhadap harga komoditas dan kebijakan suku bunga global.

Rupiah dan IHSG Tunjukkan Performa Positif

Di tengah tren positif ini, Indonesia menunjukkan performa yang mengesankan. Nilai tukar rupiah menguat sekitar 3,5% terhadap dolar AS dari 9 April hingga 27 Mei 2025. Sementara itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melonjak sebesar 20,62% dalam periode yang sama.

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Destry Damayanti, menjelaskan bahwa penguatan rupiah tidak lepas dari pelemahan dolar AS, yang turut dipengaruhi oleh penurunan peringkat utang Amerika Serikat oleh lembaga pemeringkat seperti Moody’s.

“Dolar sekarang juga melemah karena baru di-downgrade oleh Moody’s dan lembaga pemeringkat lainnya, ditambah lagi mereka mengalami twin deficit — defisit anggaran dan defisit neraca perdagangan,” ujar Destry dalam acara Outlook Ekonomi DPR bertema “Indonesia Menjawab Tantangan Ekonomi Global”, Selasa (20/5/2025).

Efek Downgrade AS dan Kebijakan Trump

Penurunan peringkat utang AS dipicu oleh kebijakan tarif agresif yang diterapkan Presiden AS Donald Trump, yang menciptakan ketidakpastian global. Hal ini memicu arus modal keluar dari AS menuju pasar negara berkembang, termasuk Indonesia, serta ke aset lindung nilai seperti emas.

Kondisi ini semakin diperkuat oleh kesepakatan perdagangan antara Amerika Serikat dan China yang diumumkan pada 12 Mei 2025. Dalam kesepakatan tersebut:

  • Tarif AS terhadap produk China dipangkas dari 145% menjadi 30%
  • Tarif China terhadap produk AS turun dari 125% menjadi 10%
  • Periode implementasi kesepakatan: 90 hari

Trump menyebut kesepakatan ini sebagai keberhasilan strategi tarifnya, menyatakan bahwa hal ini akan membawa keuntungan besar bagi kedua negara.

Lonjakan Arus Dana Asing ke Indonesia

Dampak dari situasi global ini terlihat nyata di pasar keuangan domestik. Berdasarkan data Bank Indonesia untuk periode 19–22 Mei 2025, investor asing tercatat melakukan pembelian bersih (net buy) senilai Rp14,73 triliun, angka tertinggi sejak September 2024, atau sebelum pemerintahan Presiden Prabowo dimulai.

Rinciannya adalah:

  • Pembelian bersih di pasar saham: Rp1,54 triliun
  • Pembelian bersih di Surat Berharga Negara (SBN): Rp14,13 triliun
  • Namun, tercatat penjualan bersih di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI): Rp0,95 triliun

Kuatnya arus masuk dana asing ini memberi sinyal positif bagi investor dalam negeri, sekaligus mencerminkan kepercayaan terhadap stabilitas ekonomi Indonesia di bawah kepemimpinan saat ini.

Penutup: Optimisme & Kewaspadaan

Meningkatnya arus modal asing ke pasar negara berkembang merupakan sinyal bahwa investor global mulai menaruh kepercayaan yang lebih besar pada prospek ekonomi kawasan ini. Bagi Indonesia, ini adalah peluang untuk menarik lebih banyak investasi, memperkuat nilai tukar rupiah, dan meningkatkan likuiditas pasar keuangan.

Namun, penting untuk tetap waspada terhadap potensi risiko eksternal seperti ketegangan geopolitik, perubahan kebijakan suku bunga global, dan fluktuasi harga komoditas yang bisa memengaruhi stabilitas jangka pendek.

Indonesia tampaknya siap menjawab tantangan dan peluang ini — dengan fundamental ekonomi yang solid, strategi kebijakan yang terarah, serta kepercayaan investor yang semakin menguat.

Penulis: WGH

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *