Berita

Pentingnya Pendekatan Kontekstual dalam Pendidikan: Menyesuaikan Materi dan Strategi, Jawaban PPG Modul 3

1
×

Pentingnya Pendekatan Kontekstual dalam Pendidikan: Menyesuaikan Materi dan Strategi, Jawaban PPG Modul 3

Share this article

Menyesuaikan Materi dan Strategi Pembelajaran dengan Konteks Peserta Didik

Pendidikan yang efektif tidak hanya berfokus pada penyampaian materi, tetapi juga harus mampu menyesuaikan diri dengan kodrat alam dan kodrat zaman peserta didik. Dalam konteks Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) 2025, khususnya pada Modul 3 Filosofi Pendidikan dan Pendidikan Nilai (FPPN), guru ditantang untuk menciptakan pembelajaran yang relevan dengan lingkungan dan realitas kehidupan siswa saat ini.

Memanfaatkan Lingkungan Lokal sebagai Sumber Belajar

Salah satu pendekatan yang bisa dilakukan adalah menjadikan lingkungan sekitar sebagai “laboratorium” pembelajaran. Misalnya dalam pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), ketika membahas tentang ekosistem atau sumber daya alam, guru dapat mengajak siswa melakukan observasi langsung ke sawah atau sungai terdekat. Aktivitas ini memungkinkan siswa mencatat jenis tumbuhan dan hewan di lokasi tersebut, mewawancarai petani atau nelayan setempat, serta mengidentifikasi masalah lingkungan seperti pencemaran air atau pengelolaan sampah.

Dalam pelajaran Bahasa Indonesia, siswa bisa diajak menulis laporan observasi tentang aktivitas di pasar tradisional atau membuat teks wawancara dengan tokoh masyarakat seperti ketua RW atau pengrajin lokal. Selain itu, mereka juga bisa menciptakan cerita rakyat modern yang berlatar tempat-tempat ikonik di daerah mereka. Pendekatan ini tidak hanya meningkatkan pemahaman siswa, tetapi juga menumbuhkan rasa memiliki dan relevansi terhadap bahasa dan budaya lokal.

Mengintegrasikan Isu Kontemporer dan Teknologi Digital

Era digital menuntut guru untuk lebih kreatif dalam menggunakan teknologi sebagai alat pembelajaran. Contohnya, dalam pelajaran Kewarganegaraan atau Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), guru dapat mendiskusikan isu-isu aktual yang relevan dengan kehidupan siswa, seperti pentingnya menjaga kebersihan lingkungan atau dampak berita hoax terhadap kerukunan masyarakat. Diskusi semacam ini akan lebih bermakna jika dikaitkan dengan peristiwa nyata yang terjadi di sekitar mereka.

Strategi pembelajaran juga bisa dikembangkan melalui pemanfaatan platform digital dan media sosial. Siswa bisa diminta membuat vlog singkat tentang cara menjaga kebersihan lingkungan, proyek kampanye anti-bullying dalam bentuk poster digital, atau presentasi hasil diskusi melalui forum daring. Dengan pendekatan ini, siswa tidak hanya menjadi konsumen pasif informasi, tetapi juga aktif menciptakan konten edukatif yang relevan.

Menerapkan Pendekatan Berbasis Proyek

Pendekatan project-based learning (PBL) sangat cocok diterapkan untuk memastikan bahwa pembelajaran memiliki dampak nyata dalam kehidupan siswa. Sebagai contoh, dalam pelajaran Bahasa Indonesia, guru bisa memberikan tugas menulis langkah-langkah membuat pupuk kompos dari sampah organik di sekitar rumah siswa, terutama jika banyak keluarga siswa bekerja sebagai petani atau berkebun. Proses pembelajaran ini melibatkan observasi langsung dan praktik di lingkungan sekitar, sehingga siswa merasa bahwa apa yang mereka pelajari benar-benar berguna dalam kehidupan sehari-hari.

Selain itu, dalam pelajaran Bahasa Inggris, siswa bisa diminta mendeskripsikan tempat-tempat penting di desa atau kota mereka menggunakan Bahasa Inggris. Mereka juga bisa mengundang tokoh masyarakat yang menguasai Bahasa Inggris untuk berbagi pengalaman atau pengetahuan tentang sejarah daerah mereka. Ini akan meningkatkan kemampuan bahasa sekaligus memperkuat hubungan antara sekolah dan komunitas.

Menghidupkan Budaya Lokal

Pembelajaran juga bisa menjadi sarana untuk melestarikan budaya lokal. Dalam pelajaran Seni Budaya, siswa tidak hanya belajar tentang seni daerah lain, tetapi juga diajak mempelajari dan mempraktikkan seni atau permainan tradisional yang masih ada di komunitas mereka, seperti engklek, gasing, atau lagu daerah setempat. Mereka bisa mengundang sesepuh atau seniman lokal sebagai narasumber langsung, sehingga proses pembelajaran menjadi lebih autentik dan bermakna.

Menggunakan Teknologi untuk Meningkatkan Keterlibatan

Untuk peserta didik yang hidup di era digital, strategi pembelajaran yang memanfaatkan teknologi akan lebih menarik dan relevan. Misalnya, dalam tema “cerita rakyat”, guru bisa menggunakan video animasi sebagai media pembelajaran dan meminta siswa membuat sinopsis dalam bentuk vlog pendek. Aplikasi seperti Canva atau CapCut bisa digunakan oleh siswa untuk membuat konten edukatif yang kreatif dan interaktif.

Mendorong Solusi Nyata untuk Masalah Lokal

Sebagai bagian dari pembelajaran berbasis proyek, siswa bisa diminta untuk mengidentifikasi masalah di lingkungan sekolah atau rumah mereka, seperti sampah berserakan atau kesulitan menanam pohon di lahan kering. Mereka kemudian merancang solusi konkret, seperti sistem pengomposan sederhana atau panduan menanam sayuran di pot. Proses ini melibatkan riset, perencanaan, pelaksanaan, dan presentasi hasil, sehingga siswa belajar secara menyeluruh dan aplikatif.

Kesimpulan

Dengan pendekatan kontekstual yang melibatkan lingkungan lokal, teknologi digital, budaya daerah, dan solusi nyata terhadap masalah sehari-hari, pembelajaran menjadi lebih hidup, relevan, dan bermakna bagi siswa. Siswa tidak hanya menghafal materi, tetapi juga merasakan langsung keterkaitannya dengan kehidupan mereka. Hal ini sejalan dengan filosofi Ki Hadjar Dewantara yang menekankan bahwa pendidikan harus sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman peserta didik.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *