Berita

Kekejaman Israel: Terus Menghalangi Pasokan Susu Bayi ke Gaza

1
×

Kekejaman Israel: Terus Menghalangi Pasokan Susu Bayi ke Gaza

Share this article

Krisis Kemanusiaan di Gaza: Situasi Memperihatinkan, Ribuan Jiwa Terancam

Situasi krisis kemanusiaan di Jalur Gaza semakin memburuk setiap harinya. Marwan al-Hams, direktur rumah sakit lapangan di wilayah tersebut, menggambarkan betapa sulitnya memberikan layanan medis akibat kekurangan bahan bakar dan sumber daya yang sangat terbatas. Rumah sakit beroperasi dengan kondisi yang sangat minim, membuat penanganan korban luka dan meninggal menjadi sangat sulit.

Menurut data dari Kementerian Kesehatan Gaza, dalam 24 jam terakhir saja, sedikitnya 70 mayat dan 332 orang terluka tiba di berbagai rumah sakit di seluruh Gaza. Angka ini hanyalah bagian dari tragedi besar yang telah menewaskan lebih dari 57.000 jiwa sejak perang dimulai pada Oktober 2023, dengan ribuan lainnya masih tertimbun di bawah reruntuhan bangunan.

Pembatasan Bantuan: Alat untuk Memicu Kelaparan

Distribusi bantuan kemanusiaan di Gaza tidak hanya terhambat, tetapi juga digunakan sebagai senjata oleh Israel dan diduga didukung oleh Amerika Serikat. Akademisi Pietro Stefanini menyebutkan bahwa bantuan dialihkan melalui sistem baru seperti Dana Kemanusiaan Gaza (GHF), yang justru membatasi akses warga Palestina terhadap pasokan penting. Organisasi seperti UNRWA dan Program Pangan Dunia (WFP) bahkan menolak bekerja sama dengan GHF karena khawatir akan adanya upaya pemindahan paksa penduduk.

Stefanini menegaskan bahwa pembatasan bantuan dilakukan secara sengaja untuk memicu kelaparan massal dan memperparah situasi krisis. “Bantuan dibatasi agar rakyat Gaza semakin menderita,” katanya. Ia juga menyebut bahwa jumlah bantuan yang masuk masih jauh dari cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar lebih dari dua juta penduduk Gaza.

Serangan Jelang Gencatan Senjata

Jurnalis Al Jazeera, Tareq Abu Azzoum, melaporkan bahwa Israel cenderung meningkatkan intensitas serangan menjelang kemungkinan gencatan senjata. Beberapa hari terakhir mencatat sejumlah serangan mematikan di berbagai wilayah Gaza, termasuk:

  • Penembakan di tenda pengungsi di al-Mawasi, Khan Younis, menewaskan enam orang.
  • Bombardir Sekolah al-Shafi di Kota Gaza, menewaskan lima orang.
  • Serangan ke pabrik desalinasi air dekat Kota Gaza, mengakibatkan dua korban jiwa dan 15 luka-luka.
  • Penyerangan di utara Rafah yang menewaskan sembilan warga Palestina, termasuk tiga anak-anak.

Zahwa Salmi, salah satu penyintas, menceritakan momen mengerikan saat sebuah ledakan menghancurkan tempat ia tidur bersama anak-anaknya. “Orang-orang berteriak tak henti-hentinya, tapi tak ada yang datang membantu,” ujarnya.

Kelaparan Mengancam, Bantuan Tidak Cukup

Program Pangan Dunia (WFP) mencatat bahwa satu dari tiga penduduk Gaza tidak makan selama berhari-hari. Carl Skau, Wakil Direktur Eksekutif WFP, menyebutkan bahwa situasi di Gaza adalah yang terburuk yang pernah ia lihat. “Orang-orang mati hanya karena berusaha mendapatkan makanan,” katanya.

Meskipun WFP telah berhasil mengirimkan puluhan konvoi bantuan sejak Mei 2025, jumlah itu masih jauh dari memadai. Menurut laporan IPC (Integrated Food Security Phase Classification), sekitar 470.000 orang diperkirakan akan menghadapi kelaparan parah antara Mei hingga September 2025. Harga tepung untuk roti telah naik 3.000 kali lipat, sementara minyak goreng menjadi langka.

Upaya Internasional untuk Menghentikan Tragedi

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan telah meminta Presiden AS Donald Trump untuk campur tangan dalam menghentikan pemboman pusat distribusi bantuan di Gaza. Lebih dari 600 orang tewas dalam serangan di lokasi distribusi GHF di Rafah, termasuk mereka yang sedang mengantre makanan.

Erdogan menekankan bahwa dunia internasional tidak bisa tinggal diam. “Ada orang-orang yang terbunuh hanya karena mencoba bertahan hidup. Anda harus ambil bagian dalam menghentikan ini,” ujarnya kepada Trump dalam pertemuan puncak NATO.

Krisis kemanusiaan di Gaza terus memperlihatkan dampak brutal dari konflik yang berkepanjangan. Dengan bantuan yang terbatas, infrastruktur rusak, dan korban terus berjatuhan, solusi politik dan perlindungan internasional menjadi sangat mendesak. Dunia harus segera bertindak sebelum lebih banyak nyawa hilang sia-sia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *